Kawah Gunung Anak Krakatau kembabali muncul diatas daratan, pada hari minggu pekan lalu. Ini menandai evolusi baru gunung ini setelah erupi dan longsornya sebagian tubuhnya sehingga memicu tsunami pada 22 desember tahun lalu. Anak krakkatau memulai kembali siklus membangun tubuh gunungnya.
Gunung Anak Krakatau dilaporkan mengalami erupsi pada hari ini, minggu 29 Desember 2019. Erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut terjadi pada sekitar pukul 5, minggu pagi.
Sesuai dengan laporan dari pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), erupsi Gunung Anak Krakatau pada hari ini memicu kemunculan kolom abu setinggi 50 meter di atas puncak.
Kolom abu akibat erupsi Gunung Anak Krakatau tersebut dilaporkan teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang ke arah utara. Letusan Gunung Anak Krakatau ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 37 milimeter dan durasi 119 detik.
Saat ini, status Gunung Anak Krakatau masih waspada (level II). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekomendasikan area yang tidak boleh didekati oleh masyarakat adalah radius 2 kilometer dari kawah gunung api yang terletak di perairan Selat Sunda tersebut.
Sementara berdasarkan laporan petugas yang sedang bertugas memantau perkembangan selajutnya Arif Cahyo Purnomo, Kondisi Gunung Anak Krakatau pada pukul 12.00 - 18.00 WIB, hari ini tampak tertutup kabut dengan skala 0-III.
Asap kawah utama Gunung Anak Krakatau teramati berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tebal, serta tinggi sekitar 100-200 meter dari puncak. Sementara cuaca di sekitar gunung api tersebut cerah hingga berawan.
Selain itu, pada pukul 12.00 - 18.00 WIB hari atau beberapa jam usai erupsi, Gunung Anak Krakatau juga tercatat mengalami 1 kali gempa Tremor menerus dengan amplitudo 5-45 mm, dominan 23 mm
Masyarakat atau wisatawan tidak boleh mendekat dalam radius 2 kilometer dari kawah.
Menurut Kepala Pos, erupsi ini merupakan yang pertama selama desember ini. Luncuran debu vulkanik GAK dapat diamati melalui kamera pemantau. Hingga sore ini, tremor terus-menerus masih terjadi.
"Masyarakat atau wisatawan tidak boleh mendekat dalam radius 2 kilometer dari kawah," ujar kepala Pos pemantauan.
Salah satu warga desa Tejang, Pulau Sebesi, Lampung Selatan, mengatakan, warga tidak merasakan getaran gempa meskipun aktivitas vulkanik GAK meningkat. Namun, asap GAK teramati cukup jelas dari Dusun 3 Regan Lada, Desa Tejang. Saat ini, warga dan nelayan setempat juga masih beraktivitas seperti biasa.
Sejak tsunami menerjang Pulau Sebesi pada 22 desember 2018, kata salah satu warga, kunjungan wisatawan ke pulau itu menurun drastis. Hal ini karena aktivitas wisata ke GAK ditutup sejak tsunami lalu.
"Sebelum tsunami, penyewaan kapal pada akhir pekan selalu ramai. Ada sekitar 10 sampai 15 kapal yang beroperasi. Jumlah wisatawan yang datang ke pulau ini bisa mencapai 500 orang. Saat ini, jumlah nya hanya puluhan,"kata salah satu warga.
Saat ini, nelayan setempat yang membuka jasa penyewaan kapal menawarkan tempat wisata alternatif, antara lain Pulau Umang-Umang, Pulau Sebuku, dan Pulau Pahang. Selain itu, wisatawan yang datang ke Pulau Sebesi juga ditawarkan aktivitas memancing atau menyelam melihat keindahan laut di sekitar pulau.

















































