Sabtu, 14 Desember 2019

Fenomena Alam yang unik dan para penambang belerang di Gunung Ijen Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur



Fenomena yang sangat unik yaitu Api Biru yang hanya bisa dilihat di dua tempat saja, yakni di Islandia dan di Kawah Ijen ini.Di luar aktivitas wisatawan, ada para penambang belerang yang siap menempuh bahaya demi sesuap nasi.

Fenomena api biru ini kabarnya hanya bisa dilihat di dua tempat saja, yaitu di Islandia dan di Indonesia yang letak nya di kawah ijen.Pada akhir pekan,menjelang dini hari,si api biru yang biasa ditunggu-tunggu banyak orang pun terlihat.

Saat itu,semua orang yang ingin melihat si api biru berada disekitar kawah yang sibuk memotret api berwana biru yang keluar dari bawah kawah, ada beberapa orang yang nekat berdiri sangat dekat sekali dengan api biru itu dan membuat wisatawan lainnya protes karena tidak kebagian ruang untuk menikmati fenomena alam tersebut.

Ditengah-tengah keramain wisatawan, ada para penambang yang asyik memecahkan belerang yang sudah mengeras dengan alat linggis. Para penambang seolah tidak menghiraukan kedatangan para wisatawan.

Tiba-tiba, Angin bertiup sangat kencang. Asap belerang bertiup ke arah para wisatawan. Kerumunan para wisatawan yang dekat dengan si api biru pun bergegas cepat menjauh. Asap membuat perih mata dan membuat sesak nafas.
Beberapa wisatawan yang panik pun terjatuh saat berlarian karena tanah disekitar tambang belerang struktur tanahnya tidak rata banyak bebatuan yang besar dan kecil.


Para penambang belerang pun berjalan agak menjauh. Namun, hanya beberapa saat saja, mereka segera kembali lagi untuk beraktivitas. Sementara para wisatawan masih terbatuk-batuk dengan mata perih.

Tidak seperti para wisatawan yang mengenekan masker karet untuk menghindari perih di mata, para penambang hanya mengandalkan sebuah handuk basah lusuh yang meraka gigit agar tidak jatuh saat asap tebal datang. Seorang penambang terlihat mengambil masker kain yang jatuh milik wisatawan dan mengenakannya.

Tidak jauh dari sana, ada beberapa wisatawan yang mau berbagi bekal biskuit dengan para penambang. Ketika asap mulai menipis, para penambang segera kembali melanjutkan aktivitas nya sambil tidak menghiraukan wisatawan yang terkadang tidak sengaja menghalangi jalan mereka.

Api biru merupakan gas belerang yang keluar dari celah bebatuan pada suhu sekitar
600 derajat celcius, lalu bercampur dengan udara. Sedangkan, belerang diperoleh dari proses sublimasi gas belerang.


Cara Sublimasi uap belerang yang keluar dari dalam gunung ditangkap oleh pipa-pipa besi.
Lama kelamaan, belerang cair akan terkumpul di dalam pipa. Dalam waktu dua hari dua malam, dalam satu pipa bisa terkumpul sekitar 150 kilogram belerang.
Saat ini ada sekitar 90-an pipa yang dapat menghasilkan belerang.

Para penambang menuang cairan belerang panas yang dihasilkan ke tanah.
Dalam dua menit, belerang akan mengeras. Suara alat linggis segera beradu dengan belerang yang sudah mengeras, terkadang diselingi batuk karena asap. Setelah terpisah dari tanah, belerang dikumpul ke dalam keranjang.

Seorang penambang dapat membawa hingga 110 kilogram untuk sekali angkut dari dasar hingga ke bibir kawah. Untuk satu kilogram belerang yang di angkut hingga ke pos pengepul di Paltuding, mereka dibayar rata-rata ro 1.250 per kilo. Upah ini tidak menentu, tergantung harga belerang saat itu. Dalam satu hari, para penambang bisa tiga hingga empat kali bolak-balik dari dasar ke bibir kawah.

Jarak yang ditempuh dari dasar bibir kawah hanya 850 meter, tetapi jalur nya berbatu-batu dan sangat curam sekali dengan kemiringan 80 derejat. Para penambang berjalan perlahan-lahan, menapak kan kakinya dibatu-batu, dan membawa belerang naik. Kegiatan ini dilakukan selama bertahun-tahun.


Karena gesekan kayu pikulan dengan bahu, membuat kulit bahu dan punggung mereka menebal. Derik-derik kayu pikulan selaras dengan langkah mereka. Ketika para penambang berpapasan dengan wisatawan, wisatawan akan menepi, memberikan jalan kepada para penambang dan berteriak, "Miner.. ", sehingga para wisatawan yang berada dibelakang pun bersiap untuk menepi memberikan jalan.

Arman, salah satu seorang penambang mengatakan, yang membuatnya kuat membawa pikulan belerang seberat itu adalah keluarga. "Keluargalah yang membuat kita semangat dan kuat, " kata dia yang juga penarik troli penumpang.

Pekerja menambang belerang sangat lah berbahaya. Kawah Ijen terkadang mengeluarkan gas berbahaya. Tidak hanya paparan gas belerang yang berada di atas ambang batas normal, mereka juga menghadapi resiko jatuh dan terkena panas nya belerang. Namun ada nya kasus penambang yang tewas karena kecelakaan kerja, tidak menyurutkan langkah mereka.


Dari bibir kawah, belerang di bawa turun lagi untuk disetorkan kepada pengepul di parkiran mobil, pintu masuk Kawah Ijen di Paltuding. Jarak dari kawah hingga ke parkiran sekitar 3 kilometer. Jarak itu bisa ditempuh dalam waktu 2jam berjalan kaki oleh wisatawan. Bagi penambang, tentu lebih cepat lagi.

Jalur dari bibir kawah ke parkiran jauh lebih mudah di bandingkan jalur dari dasar ke bibir kawah yang sangat curam. Hanya ada beberapa ruas yang curam. Jalur pun sudah tersedia dengan kondisi jalan tanah dan berpasir. Jalur itu selalu ramai, baik saat perjalanan naik mau pun saat turun.
Di Paltuding, ada pos pengepul belerang yang selalu sibuk dari siang hingga sore hari. Belerang yang telah di timbang, dicatat, lalu dibayar oleh petugas.

Bisa jadi, metode pembayaran tunai ini menjadi salah satu daya tarik bagi para penambang. Belerang itu kemudian akan dikirim ke pabrik- pabrik, antara lain untuk digunakan sebagai pemutih gula pasir, kosmetik,dan obat-obatan.

Menarik penumpang

Sejak empat tahun lalu, belerang dari bibir kawah dibawa turun menggunakan troli.
Sebelumnya, penambang harus memikul belerang itu di pundak hingga ke Paltuding.
"Ada seorang yang dermawan dari Bali, Memberikan troli kecil sekitar 100 buah," kata Amin, salah seorang penarik troli  kecil penumpang. Setelah itu, ada pula sumbangan dari PMI, namun masih harus ditebus dengan harga murah.

Seperti warga disekitaran Ijen lainnya, dia pernah juga mencoba mengadu nasib di tambang. "Saya hanya tahan satu hari, lalu tidak pernah lagi ke situ, " ujar Amin.

Saat ini, Amin lebih memilih menarik penumpang, Troli pada awalnya hanya digunakan untuk mengangkut belerang saja.Namun, beberapa wisatawan yang kelelahan, meminta tolong para penambang agar dapat naik troli.


Lambat laun, troli pengangkut belerang, di modifikasi menjadi pengangkut wisatawan. Di pintu masuk, puluhan penarik troli berjajar menawarkan jasanya.

Troli yang tadinya hanya untuk mengangkut belerang, diperbesar dengan memberinya jok dan sandaran. Ongkos naik troli sampai kepuncak dan turun ke kawah Ijen sebesar Rp 800.000. Untuk wisatawan asing dikenai RP 1,2 juta.

Untuk penumpang dengan berat badan Normal dibutuhkan dua orang untuk menangani troli. Satu menarik di depan dengan tali dan sarung, satu orang lagi mendorong dari belakang.

Untuk wisatawan berbadan besar, dibutuh kan 3-4 orang, tentu dengan bayaran berbeda. "kita seperti jualan di pasar, kadang ada yang naik, kadang tidak ada," kata amin.


Sekitar pukul 08.00, Para wisatawan sudah turun dari Kawah Ijen. Berakhirlah pekerjaan para Pengojek troli untuk mengantarkan penumpang. Giliran warung makan di sekitaran parkiran yang mendapat rezeki. Para wisatawan yang kelaparan dapat menyantap sarapan dan meminum minuman yang hangat di warung-warung yang ada.

Selain memberikan pemandangan alam yang indah, Kawah Ijen  juga menjadi tempat mengais rezeki bagi banyak warga setempat, Walaupun harus ditempuh dengan "menantang" bahaya dan resiko kesehatan. Peduli dan bersahabat dengan alam dapat menjadi jalan tengahnya.

Media Korea Utara Klaim Wabah Covid-19 Berawal dari Warga Menyentuh Benda Alien

Yurika999 - Wabah Covid di Korea Utara muncul setelah warga menyentuh "benda alien" yang jatuh dekat perbatasan Korea Selatan, kl...