Jumat, 01 Juli 2022

Media Korea Utara Klaim Wabah Covid-19 Berawal dari Warga Menyentuh Benda Alien


Yurika999 - Wabah Covid di Korea Utara muncul setelah warga menyentuh "benda alien" yang jatuh dekat perbatasan Korea Selatan, klaim media pemerintah di Pyongyang.

Warga diminta mewaspadai benda yang mungkin diterbangkan angin di sepanjang perbatasan Korea Utara dengan Korea Selatan.

Seperti diketahui, bertahun-tahun para aktivivs menerbangkan balon di sepanjang perbatasan untuk mengirim selebaran dan bantuana kemanusiaan di Korea Utara.

Menurut media pemerintah Korea Utara, KCNA, penyelidikan resmi menemukan dua orang terinfeksi Covid di awal wabah setelah melakukan kontak dengan benda yang tidak diidentifikasi di dekat perbatasan Korea Selatan.

Dilaporkan seorang tentara berusia 18 tahun dan bocah lima tahun dites positif Covid pada awal April setelah menemukan benda tersebut di bukit Ipho-ri. Sejak saat itu virus dengan cepat menyebar di Korea Utara.

"Warga harus hati-hati bersinggungan dengan benda-benda alien yang datang dibawa angin dan fenonema iklim lainnya dan balon di daerah sepanjang garis demarkasi dan perbatasan," jelas KCNA, dikutip dari BBC, Jumat (1/7).

Siapapun yang melihat benda aneh diinstruksikan segera melapor sehingga bisa disingkirkan secepatnya oleh tim penanganan pandemi.

Kendati laporan itu tidak menyebut langsung Korea Selatan, Kementerian Unifikasi Korea Selatan membantah tegas hal tersebut.

Seorang pejabat mengatakan tidak ada kemungkinan virus masuk ke Korea Utara melalui selebaran yang dikirimkan para pembelot dari Korea Selatan.

Sejak akhir April, Korea Utara menghadapi gelombang besar kasus "demam" yang diyakini infeksi Covid-19. Sejauh ini ada 4,7 kasus demam tercatat di Korea Utara.

Rabu, 29 Juni 2022

Kotak Hitam Untuk Hari Kiamat Sudah di Buat Oleh Parah Ilmuwan di Tasmania


Yurika999Para ilmuwan telah mempersiapkan sebuah "kotak hitam" untuk hari kiamat.

Apa maksudnya? Jika manusia punah, para peneliti memutuskan bahwa membangun sebuah kotak raksasa yang tidak bisa ditembus untuk merekam information ilmiah, tujuannya untuk membantu peradaban di masa depan mendapatkan wawasan bagaimana kiamat terjadi.

Disebut Kotak Hitam Bumi, alat ini akan semacam balok besi besar yang akan dibangun di daerah terpencil Tasmania, Australia.

Dikutip dari laman The Independent, Selasa (28/6), ini mirip dengan kotak hitam dalam pesawat yang memberikan penyelidik informasi penting untuk mengetahui penyebab kecelakaan udara.

Para peneliti untuk proyek 'kotak hitam kiamat' ini berasal dari Universitas Tasmania, agensi pemasaran Clemenger BBDO, dan agensi kreatif The Glue Society.

Kelompok ini merancang kotak hitam tersebut untuk mencatat data iklim seoperti tingkat CO2 di atmosfer, tingkat konsumsi energi, dan suhu laut.

Kotak ini juga memuat informasi dari unggahan media sosial dan headline berita.

Direktur Kreatif Eksekutif Clemenger BBDO, Jim Curtis menyampaikan kepada ABC, alat ini bisa diakses siapapun di sekitarnya dan bisa belajar dari informasi yang termuat di dalamnya.

Dibuat dari baja


Kotak itu akan dibuat dari baja setebal tiga inci dan ditutup granit.

Di dalam kotak itu akan berisi alat penyimpanan yang terkoneksi internet yang dayanya berasal dari panel surya di bagian atas kotak.

Salah satu pendiri The Glue Society, Jonathan Kneebone mengatakan kepada BBC, kotak ini "dibangun untuk hidup lebih lama dari kita semua."

"Jika hal terburuk benar-benar terjadi, walaupun jaringan listrik mati, alat ini masih akan tetap di sini."

Masalah terbesar bagi tim saat ini adalah bagaimana membantu peradaban masa depan mendapat informasi yang tersimpan dalam alat ini.

Selasa, 28 Juni 2022

DPR Mulai Membahas Konsumsi Ganja Untuk Medis


Yurika999 - Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta Komisi III DPR segera menggelar rapat dengar pendapat membahas legalisasi hashish untuk kebutuhan medis sebelum masuk masa reses.

Pernyataan itu disampaikan Dasco usai bertemu dengan Santi Warastuti, seorang ibu yang membutuhkan marijuana medis untuk pengobatan anaknya, di Kompleks Parlemen, Senayan, Selasa (28/6).

"Kita kalau sempat minggu-minggu ini, kalau tidak sebelum reses kita sudah minta dilaksanakan rapat dengar pendapat," kata Dasco.

Dasco mengatakan Komisi III DPR saat ini juga sedang membahas revisi UU Narkotika. Terkait teknis hingga pihak-pihak yang akan diundang dalam pembahasan legalisasi ganja medis, Dasco menyerahkan ke Komisi III DPR.

"Kemungkinan nanti akan dikoordinasikan oleh Komisi III DPR karena itu berkaitan dengan Komisi IX DPR dan lain-lain," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Santi bersyukur aspirasinya mendapatkan respons positif dari DPR. Ia berharap upaya yang dilakukannya demi anaknya, Pika, yang mengidap Spastic paralysis bisa berjalan lancar.

"Saya sangat bersyukur sekali, alhamdulilah apa yang saya aspirasikan mendapat tanggapan yang bagus dari bapak.

Minta doanya dari semua semoga bisa berjalan dengan lancar dan bisa menolong anak saya dan anak-anak yang lain terutama," katanya.

Sebelumnya, Charles Honoris menyatakan bahwa Indonesia harus memulai kajian penggunaan marijuana untuk kepentingan medis.

Komisi Narkotika PBB (CND) pada 2020 sudah mengeluarkan marijuana dan resin ganja dari golongan IV Konvensi Tunggal tentang Narkotika 1961.

"Di seluruh dunia kini terdapat lebih dari 50 negara yang telah memiliki program hashish medis, termasuk negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand," kata Charles kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/6).

Berdasarkan keputusan PBB itu, kata Charles, marijuana sudah dihapus dari daftar narkotika dan obat terlarang (narkoba) paling berbahaya yang tidak memiliki manfaat medis.

Terlepas Indonesia akan melakukan program hashish medis atau tidak, menurutnya, riset adalah hal yang sangat penting dilakukan untuk menjadi landasan bagi pengambilan kebijakan atau penyusunan regulasi selanjutnya.

Sementara itu, anggota Komisi III DPR Arsul Sani menyatakan pihaknya akan melakukan kajian dengan mendengarkan pendapat para dokter dan farmakolog terkait legalisasi hashish untuk medis.

Langkah itu ditempuh karena Komisi III DPR memang menerima aspirasi dari kalangan masyarakat tertentu untuk legalisasi hashish guna pengobatan atau perawatan atas penyakit tertentu.

"Kami tentu akan mengkajinya secara hati-hati dan mendengarkan pendapat para ahli kesehatan, baik dokter maupun farmakolog," kata Arsul.

Ia berkata pihaknya tidak bisa buru-buru memutuskan menolak atau menyetujui dorongan legalisasi marijuana untuk kepentingan medis tersebut.

Namun, Arsul menegaskan, Komisi III DPR tidak akan melegalisasi hashish untuk penggunaan yang bertujuan mendapatkan kesenangan.

Senin, 27 Juni 2022

PBB Mengatakan Konsumsi Ganja Meningkat Pesat di Dunia


Yurika999 - Konsumsi ganja meningkat di negara-negara yang telah melegalkannya dan selama pembatasan COVID-19, sehingga memperbesar risiko depresi dan bunuh diri, kata laporan PBB, Senin.

Ganja telah lama dikenal sebagai narkoba yang paling banyak digunakan di dunia dan penggunaannya terus meningkat, kata Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dalam laporan tahunannya. Demikian dilansir laman Antara mengutip Reuters, Senin (27/6).

Kandungan tetrahidrokanabinol (THC) dalam marijuana juga semakin tinggi, tulis Laporan Narkoba Dunia itu.

Pemakaian ganja non-medis telah dilegalkan di beberapa negara bagian Amerika Serikat, seperti Washington dan Colorado sejak 2012.

Uruguay melegalkannya pada 2013, Kanada pada 2018.

Negara-negara lain telah mengikuti langkah serupa, tetapi laporan itu hanya difokuskan pada penggunaan ganja di tiga negara tersebut.

"Legalisasi ganja tampaknya telah mempercepat tren kenaikan dalam penggunaan narkoba itu, yang dilaporkan setiap hari," kata UNODC dalam laporannya.

Meski prevalensi pemakaian ganja di kalangan remaja "tidak berubah banyak", ada "peningkatan nyata dalam laporan penggunaan produk berpotensi tinggi itu di kalangan dewasa muda", kata kantor PBB yang bermarkas di Wina itu.

"Proporsi orang dengan gangguan jiwa dan kasus bunuh diri yang dikaitkan dengan penggunaan marijuana telah meningkat," tulisnya.

Laporan itu mengatakan sekitar 284 juta orang, atau 5,6 persen dari penduduk dunia, telah menggunakan narkoba, seperti heroin, kokaina, amfetamin atau ekstasi pada 2020, data terakhir yang tersedia.

Dari 284 juta orang itu, 209 juta di antaranya mengonsumsi marijuana.

"Masa penguncian selama pandemi COVID-19 mendorong peningkatan pemakaian ganja pada 2020," kata laporan tersebut.

Produksi kokain mencapai rekor pada tahun itu dan penyelundupan lewat laut terus meningkat.

Information penyitaan pada 2021 menunjukkan perluasan pasar kokain dari Amerika Utara dan Eropa dua pasar utama ke Afrika dan Asia.

Menurut laporan itu, opioid tetap menjadi obat-obatan paling berbahaya. Fentanil, misalnya, menyebabkan angka kematian akibat overdosis di AS meningkat.

Kematian akibat overdosis fentanil di negara itu pada 2021 diperkirakan mencapai rekor 107.622 kasus.

Minggu, 26 Juni 2022

WHO Katakan Cacar Monyet Belum Masuk Kategori Penyakit Darurat Internasional


Yurika999Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan, penyebaran cepat cacar monyet di puluhan negara tidak menjadikan penyakit itu tergolong sebagai darurat kesehatan international.

Kendati demikian, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut cacar monyet sebagai ancaman kesehatan yang berkembang dan mendesak pemerintah di seluruh dunia melakukan pemantauan dan pengawasan, penelusuran kontak, tes, dan memastikan orang-orang yang berisiko tinggi memiliki akses vaksin dan pengobatan anti-viruses.

Dikutip dari laman CNBC, WHO mengumupulkan komite kedaruratan untuk menetapkan tingkat bahaya cacar monyet terhadap komunitas internasional.

Menurut informasi WHO, sedikitnya 3.000 kasus cacar monyet ditemukan di lebih dari 50 negara sejak awal Mei.

Komite kedaruratan mempertimbangkan apakah akan mengaktifkan tingkat siaga tertinggi WHO untuk menanggapi wabah tersebut, yang disebut darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.

Sejauh ini, Covid-19 dan polio yang ditetapkan WHO sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional.

Kendati WHO tidak mengaktifkan tingkat siaga tertingginya, Tedros mengatakan wabah cacar monyet meningkatkan kekhawatiran karena menyebar cepat di negara-negara non endemik, di luar Afrika Barat dan Tengah.

Dalam wabah saat ini, 84 persen kasus dilaporkan di Eropa.

"Apa yang membuat wabah terbaru ini secara khusus mengkhawatirkan adalah kecepatan, terus menyebar ke negara-negara dan kawasan baru dan risiko penularan lebih lanjut dan berkelanjutan ke populasi rentan termasuk orang-orang yang mengalami masalah kekebalan, perempuan hamil dan anak-anak," jelas Tedros dalam rilisnya pada Sabtu.

Dia menambahkan, penelitian sirkulasi penyebaran cacar monyet di Afrika diabaikan, yang membahayakan kesehatan masyarakat di sana dan seluruh dunia.

Cacar monyet berasal dari keluarga virus yang sama dengan cacar tapi memiliki gejala yang lebih ringan.

Sebagian besar pasien cacar monyet sembuh dalam dua sampai tiga pekan tanpa pengobatan khusus.

Menurut WHO, wabah cacar monyet utamanya menginfeksi pria gay dan biseksual yang berhubungan seksual dengan banyak pasangan.

Dari 468 pasien cacar monyet yang diungkapkan informasi demografisnya, 99 persen merupakan pria.

Sebagian besar dari mereka diidentifikasi sebagai pria yang berhubungan seks dengan sesama pria dan memiliki usia rata-rata 37 tahun.

Sabtu, 25 Juni 2022

Dampak Pemanasan Global dan Bagaimana Mengurangi Dampaknya


Yurika999 - Pemanasan Global atau International Warming adalah peristiwa meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat naiknya jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer.

Pemanasan global merupakan permasalahan ekologi yang tidak dapat terlepas dari akibat emisi, yaitu suatu kegiatan manusia yang menyebabkan konsentrasi gas-gas rumah kaca meningkat.

Gas-gas rumah kaca yang berlebihan ini membuat suhu di bumi naik sehingga bumi pun menjadi lebih panas.

Gas-gas rumah kaca seperti Karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrous oksida (N2O), Sulfur heksa florida (SF6), dan Klorofluorokarbon (CFC) ini pada dasarnya secara alami terdapat di udara (atmosfer).

Dikutip dari Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, tanpa adanya gas rumah kaca suhu rata-rata di permukaan bumi dapat mencapai -18 ° C.

Artinya adalah tanpa gas rumah kaca suhu di permukaan bumi akan menjadi sangat dingin.

Maka dari itu, gas rumah kaca pun menjadi salah satu faktor bumi dapat ditempati oleh makhluk hidup seperti manusia, tumbuhan, dan hewan karena memberikan suhu yang ideal untuk keberlangsungan makhluk hidup.

Tetapi, apabila gas-gas rumah kaca ini berlebihan tentunya tidak akan baik bagi makhluk hidup di dalamnya.

Pemanasan global membuat perubahan-perubahan baru terhadap ekosistem di bumi.

Perubahan-perubahan ini pun berdampak pada ekosistem yang menjadi tidak seimbang.

Perubahan yang telah dirasakan adalah perubahan iklim yang ekstrem dan mencairnya es di kutub sehingga menyebabkan permukaan air laut naik.

Dampak tersebut memberikan pengaruh besar terhadap kelangsungan keanekaragaman hayati.

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yang mencakup seluruh bentuk kehidupan mulai dari gen, spesies tumbuhan dan hewan, mikroorganisme, ekosistem serta proses-proses ekologi.

Dampak Pemanasan Global Terhadap Keanekaragaman Hayati

Menurut Darwin P. Lubis dalam Jurnal Geografi, dampak langsung pemanasan international terhadap keanekaragaman hayati, yaitu:

Spesies Ranges (Cakupan Jenis)

Adanya perubahan temperatur dan curah hujan yang tidak menentu karena perubahan iklim menyebabkan beberapa spesies tidak mampu menyesuaikan diri khususnya spesies yang memiliki kisaran toleransi rendah terhadap ketidaktetapan suhu.

Perubahan Interaksi Antar Spesies

Interaksi antar spesies lebih kompleks yang mencakup predasi, kompetisi, penyerbukan, dan penyakit yang mampu menciptakan ekosistem tidak berfungsi secara perfect.

Perubahan Fenologi

Perubahan iklim menggeser siklus reproduksi dan pertumbuhan spesies seperti burung yang bermigrasi lebih awal sehingga mengganggu proses reproduksi karena telur yang tidak dapat dibuahi.

Selain itu, mengubah siklus hidup beberapa hama yang menyebabkan munculnya banyak penyakit.

Jumat, 24 Juni 2022

Pemerintah Thailand Resmi Cabut Aturan Menggunakan Masker di Ruang Terbuka atau Tertutup


Yurika999 - Thailand resmi mencabut aturan wajib menggunakan masker di ruang tertutup dan terbuka pada Kamis (23/6) menyusul tren penurunan kasus Covid-19 yang terus membaik.

"Penggunaan masker kebersihan atau masker kain kini bersifat sukarela," demikian pernyataan dari Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha yang dirilis di Royal Gazette.

Walaupun demikian, Kementerian Kesehatan Thailand masih mengimbau warga untuk menggunakan masker jika berada di kerumunan dan bagi masyarakat yang berada di ruangan dengan ventilasi buruk.

Sebagaimana diberitakan Channel News Asia, masyarakat dengan risiko tinggi Covid-19 masih dianjurkan menggunakan masker.

Beberapa masyarakat kelompok rentan itu yakni orang 60 tahun ke atas, ibu hamil, serta orang dengan penyakit kanker, diabetes, kardiovaskuler, dan ginjal kronis.

Imbauan yang sama juga berlaku bagi warga terinfeksi Covid-19 dan orang dengan penyakit pernapasan.

Pada Jumat (24/6), Pusat Pengendalian Penyakit Thailand melaporkan kenaikan kasus Covid-19 sebanyak 2.313 dengan 16 kematian.

Angka ini jauh lebih rendah ketimbang April lalu. Kala itu, kasus Covid-19 di Thailand sempat mencapai lebih dari 20 ribu.

Media Korea Utara Klaim Wabah Covid-19 Berawal dari Warga Menyentuh Benda Alien

Yurika999 - Wabah Covid di Korea Utara muncul setelah warga menyentuh "benda alien" yang jatuh dekat perbatasan Korea Selatan, kl...